post-image

Jawab Permasalahan Masyarakat, Klinik Konstruksi Meluncur ke Padukuhan Tanjan

 

Yogyakarta (05/09). Serupa dengan Kab. Gunungkidul, Kec. Dlingo, yang berada di Kab. Bantul juga wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan yang hampir selalu terjadi saat musim kemarau panjang dan menyebabkan berbagai permasalahan. Salah satu diantaranya yaitu kekeringan yang cukup terasa di empat desa di wilayah ini, yaitu Desa Munthuk, Desa Jatimulyo, Desa Dlingo, dan Desa Mangunan. Disisi lain, akses dari dan menuju beberapa dusun sebagai prasaranan dasar masyarakat di Kecamatan ini masih kurang memadai.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Balai Pengembangan Jasa Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral (Dinas PUP-ESDM) DIY melalui layanan Klinik Konstruksi, mencoba menjawab kebutuhan akan adanya pusat rujukan teknis yang mampu memberikan kemudahan akses untuk mendapatkan informasi, konsultasi dan advokasi teknis bidang ke-PU-an dengan meluncur ke Padukuhan Tanjan, Kec. Dlingo, Bantul.

Upaya Pemerintah Meningkatkan Kapasitas Unsur Masyarakat

Bertempat di pendopo sekretariat Forum Pengelola Air Bersih (PAB) Kec. Dlingo, di Jln. Dlingo-Patuk Km. 1, Padukuhan Tanjan, Desa Temuwuh, Kec. Dlingo, Kab. Bantul, sebanyak 25 orang peserta yang terdiri dari unsur masyarakat perwakilan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Desa se-Kec. Dlingo dan perwakilan kelompok PAB pedesaan di Kec. Dlingo mengikuti kegiatan ini.

Hadir sebagai narasumber yaitu Bapak Budi Prastowo, ST., selaku Kepala Seksi Pengelolaan Jasa Konstruksi Balai PJK DIY, Bapak Ir. Fitri Hadiprabowo yang merupakan tenaga ahli dalam bidang Manajemen Proyek serta Bapak Aryanto Nugroho, ST., SE. yang merupakan fasilitator pemberdayaan masyarakat bidang Teknik Pengelolaan Lingkungan dan Permukiman

“Adanya pendampingan masyarakat melalui Klinik konstruksi ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas unsur masyarakat dari Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Desa dan perwakilan kelompok pengelola air bersih di Kec. Dlingo, Kab. Bantul”, ucap Budi dalam sambutannya.

Perhitungan RAB yang Rumit Dan Ketidaktahuan Masyarakat

Dalam sesi diskusi muncul berbagai pertanyaan, diantaranya minimnya pengetahuan terkait pengelolaan air bersih dan proses perhitungan RAB yang dirasa masyarakat cukup rumit.

Menanggapi berbagai permasalahan ini, Budi menanggapi bahwa terkait pengelolaan air bersih yang baik dan benar, masyarakat bisa mengajukan permintaan untuk pendampingan kepada Balai PJK. Balai memiliki tim yang akan bekerjasama dengan narasumber ahli sesuai permasalahan yang ada pada masyarakat untuk kegiatan ini

“Untuk menghitung RAB, terlebih dahulu harus dibuat gambar yang komunikatif dan mudah dimengerti, terukur, partisipatif, efektif serta estetik untuk menghitung volume pekerjaan. Kemudian setelah gambar selesai dibuat kita bisa mulai membuat perhitungan RAB.” jelas Fitri.

Terkait perbandingan campuran bahan bangunan yang menjadi tanda tanya masyarakat, Ari menjelaskan bahwa ada beberapa jenis perbandingan yang perhitungannya disesuaikan dengan fungsi dan jenis pekerjaannya. Beberapa diantaranya yaitu untuk plesteran dinding, pasangan bata, dan untuk beton.

“Jika kita menggunakan komposisi campuran tanpa memperhatikan fungsinya, kekuatan bangunan akan berkurang sehingga mudah rusak.” Ari menambahkan.

Kegiatan ini ditutup oleh perwakilan Forum PAB Kec. Dlingo dan diakhiri dengan membagikan CD berisi video animasi pengelolaan air bersih produksi Balai PJK DIY. (dv)