KONDISI GEOGRAFIS JADI KENDALA PEMBANGUNAN SANITASI INDONESIA BAGIAN TIMUR
Kondisi geografis di wilayah Indonesia bagian timur yang berbukit-bukit menjadi salah satu kendala dalam pembangunan sanitasi. Dengan kondisi yang berbukit-bukit, maka akan sulit membuat satu sistem sanitasi yang terhubung antara daerah satu dengan yang lain. Untuk itu harus di buat tata ruang permukiman baru yang terintegrasi dengan sistem air bersih, drainase dan sanitasi.
Demikian disampaikan Walikota Ambon MJ Papilaja dalam diskusi dengan media dengan tema Jalan Panjang Pembangunan Sanitasi Indonesia Timur di Pendopo Departemen PU, Jakarta (21/4). Selain Walikota Ambon, hadir juga sebagai pembicara adalah Wakil Walikota Jayapura Sudjarwo dan Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kota Manado Revin Lewan.
Menurut Papilaja, ada dua masalah dalam pembangunan sanitasi di Kota Ambon. Pertama, adanya kerusuhan di Ambon beberapa waktu lalu yang membuat permukiman masyarakat berpindah dari pantai menuju perbukitan niscaya menyulitkan pembangunan sistem sanitasi. Kedua, sanitasi masih dianggap sama dengan drainase, sehingga pembungan limbah dilakukan melalui saluran air, seperti sungai maupun got.
“Secara nasional kita harus meredefinisi lagi pengertian drainase dan sanitasi. Selain itu harus ada Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan air baku dan puskesmas. Karen kedua hal tersebut sangat berhubungan dengan sanitasi. Puskesmas misalnya, tidak hanya membangun tapi juga penyehatan lingkungan,” katanya.
Di Jayapura, masalah geografis yang berbukit-bukit juga menjadi kendala. Menurut Wawali Kota Jayapura Sudjarwo, 40 persen wilayah Jayapura adalah perbukitan dimana 20 persen-nya dijadikan permukiman. Dengan jumlah penduduk 240 ribu jiwa, masalah sanitasi di Jayapura sangat kompleks.
Menurutnya, untuk penyediaan air bersih baru mencapai 70 persen. Selain itu pengeolahan limbah Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) belum optimal karena pemerintahan yang berganti-ganti. Sementara pengelolaan sampah masih menggunakan open dumping.
“Untuk program sanitasi kita gabungkan dengan program sanitasi propinsi. Tahun ini sebagai moment bagus untuk komitmen terhadap pembangunan sanitasi mengingat tahun depan Kota Jayapura genap berusia satu abad,” ujarnya.
Berbeda dengan keduanya, Kota Manado lebih maju dalam pembangunan sanitasi. Hal ini terbukti dari penghargaan Adipura yang diterima setiap tahunnya. Sebagai Kota Wisata, Manado juga mendapatkan penghargaan sebagai Kota Sehat.
“Yang menjadi masalah saat ini adalah urbanisasi yang cukup tinggi. Dimana para pendatang tersebut kebanyakan memilki perilaku yang tidak peduli lingkungan. Selain itu, Taman Laut Bunaken menjadi indiaktor kondisi lingkungan di Manado, dimana saat ini kondinya cenderung memburuk,” kata Kepala Bapeda Manado Revin Lewan. (dvt)
Pusat Komunikasi Publik
230409