SOSIALISASI DAN DISEMINASI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KAWASAN SEMPADAN SUNGAI BERBASIS KOMUNITAS

Kamis (18/7) lalu, Dinas PUP-ESDM DIY melanjutkan untuk menyelenggarakan kegiatan sosialisasi dan diseminasi informasi dan teknologi bidang ke-PU-an yang kedua, setelah sehari sebelumnya telah diadakan yang pertama. Acara yang diselenggarakan di Ruang Pertemuan PUB2B kali ini bertema Pengembangan Kelembagaan Kawasan Pemukiman di Sempadan Sungai Berbasis Komunitas. Rangkaiamern kegiatan ini memang berkaitan dengan pengembangan daerah sepadan sungai-sungai yang ada di Yogyakarta agar sungai-sungai tetap lestari sebagai warisan anak cucu.

“Hal ini penting karena sungai dahulunya merupakan sumber kehidupan, pusat kegiatan masyarakat, dipandang sebagai dermawan” ungkap Wahyu Raharjo Staff Ahli bidang Pelayanan Masyarakat Dinas Kabupaten Bantul sebagai pembicara pertama. Namun sekarang, sungai dianggap sebagai produk sisa atau sampah dari kegiatan manusia. Sungai dijadikan tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan kotoran manusia, pembangunan yang tidak mengindahkan keamanan dan kelestarian, serta banyak lagi.

Untuk itulah, acara ini diadakan. Moderator  Bapak Unggul Adri mengungkapkan acara ini mengundang seluruh elemen yang berkaitan dengan ‘masyarakat sungai’, mulai dari kelompok sungai di 3 sungai besar Yogyakarta (sungai Code, Karangwaru, Gadjahwong), akademisi, pemerintah daerah, lembaga social, masyarakat pinggir sungai dan stakeholder-stakeholder lainnya.

Hadir sebagai narasumber kedua yakni Dosen Teknik Sipil UGM sekaligus praktisi pemberdayaan masyarakat Ir. Darmanto, Dipl. HE, MSc menyampaikan pentingnya mengimplementasikan 4K (komunikasi, koordinasi, kooperasi, dan komitmen) dalam pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas. Hal tersebut diperankan dan dijalankan dari pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumberdaya yang meliputi Akademisi ( sebagai inspirator, innovator dan fasilitator), Business (sebagai sumber energy dan motivasi), Community ( sebagai actor utama sekaligus objek), serta Government (coordinator serta yang menjaga keadilan agar teratur dan berkelanjutan). Para pemangku kebijakan harus berani turun untuk bergerak dan berkoordinasi untuk mengetahui permasalahn dan solusi yang dibutuhkan, sedangkan masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan itu sendiri juga mau untuk bekerjasama dan bersinergi untuk tak lain memberdayakan mereka sendiri. “Mereka harus bergerak secara ‘top-down’ dan ‘bottom up’ sehingga tercipta sinergi yang optimal” jelas Bapak Darmanto.

Sebagai narasumber terakhir yakni dari komunitas sempadan sungai buntung yang telah berkembang yakni Bapak Subandono. Subandono menceritakan tentang jatuh bangunnya menyadarkan masyarakat untuk bersama-sama membangkitkan lingkungan sempadan sungai yang bersih dan asri sehingga kawasan disempadan sungai nyaman huni. “Perlunya kesabaran dan komitmen yang tinggi untuk meyakinkan dan bersama-sama mewujudkan sempadan sungai yang asri dan lestari. Hasilnya seperti sekarang ini, kami menjadi proyek percontohan pengembangan sempadan sungai berbasis komunitas” jelas Subandono.

Di akhir acara ini selanjutnya diadakan diskusi oleh komunitas yang hadir baik dari Forum Komunikasi Winongo Asri, Pamerti Code, dan Forum Daerah Aliran Sungai Gadjah Wong. Mereka membicarakan rencana tindak lanjut kelembagaan untuk mengawal kehidupan sungai di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di akhir diskusi mereka mensepakati akan dibentuk asosiasi sungai yang akan menjadi tulang punggung pelestari sungai di Daerah Istimewa Yogyakarta.(Nsh)