post-image

DED Dan RAB: Jangan Pandang Sebelah Mata!

Rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait pentingnya perencanaan pembangunan menjadi salah satu permasalahan yang membutuhkan perhatian lebih di wilayah DIY. Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan membuka wawasan masyarakat, Rabu (17/10), Tim Klinik Konstruksi meluncur ke Balai Desa Potorono, Kec. Banguntapan, Kab. Bantul.

Sesuai permintaan dari masyarakat, Tim menghadirkan narasumber ahli yaitu Bapak Budi Prastowo, ST., selaku Kepala Seksi Pengembangan Jasa Konstruksi Balai PIPBPJK, Bapak Arif Fajar Budi Saksono, ST., yang merupakan tenaga ahli dalam bidang Bangunan Gedung, Manajemen Proyek serta K3 Konstruksi., dan Bapak Ir. M. Suseno, MT., yang merupakan tenaga ahli dalam bidang Bangunan Gedung dan Manajemen Konstruksi.

Seperti yang kita ketahui bersama, Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana. Selain gunung meletus dan puting beliung, ada juga gempa bumi yang hampir setiap bulan dapat dirasakan di Indonesia pada 2018 ini.

Hal ini dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada diantara tiga lempeng bumi, yaitu lempeng Australia, lempeng Aurasia, dan lempeng Pasifik. Pergeseran lempeng bumi bisa menghasilkan gempa yang dahsyat. Bahkan bisa memicu bencana lain, yaitu tsunami. Selain itu, Indonesia juga berada pada lingkaran cincin api Pasifik, yaitu gugusan gunung berapi Asia. Hal ini menjadikan Indonesia seringkali mengalami gempa vulkanik maupun tektonik.

“Tujuan utama bangunan tahan gempa adalah kondisi struktural yang bersifat elastis. Sifat elastis adalah apabila terjadi gempa, maka struktur bangunan akan bergerak-gerak dan kembali ke tempat semula setelah gempa selesai. Bangunan tidak akan mengalami kerusakan.” tutur Suseno. “Dalam struktur bangunan harus benar – benar diperhatikan kekuatan pada joint/ titik pertemuan rangka bangunan, sehingga diperoleh kondisi yang sangat stabil,” lanjutnya.

Selain permasalahan terkait bangunan tahan gempa, peserta juga mendapatkan materi terkait perhitungan RAB untuk infrastruktur publik sederhana. Hal ini juga sangat penting dalam perencanaan pembangunan pada kawasan permukiman.

“Sebagian besar masyarakat hingga saat ini membangun rumah hanya dengan mengandalkan dan hanya langsung percaya dengan tukang. Masyarakat, termasuk mungkin kita sendiri, masih belum memahami pentingnya DED dan RAB, bahkan cenderung memandangnya sebelah mata” Arif menyampaikan. “Hanya sebagian kecil dari kita saja yang mau mengeluarkan biaya lebih untuk membayar jasa arsitek untuk membuat gambar rancangan. Padahal hal ini sebetulnya sangat penting.” tutupnya.

Kegiatan yang berlangsung di Balai Desa Potorono ini dihadiri oleh 40 peserta yang berasal dari unsur perangkat pedukuhan pada Desa Potorono, Kec. Banguntapan, Kab. Bantul, Yogyakarta, serta para penggiat/ pemerhati sektor infrastruktur lingkungan permukiman tingkat RT/ RW setempat. Seperti biasa, pada akhir acara Tim membagikan materi berupa CD secara gratis kepada peserta.  (Dv)