post-image

Mendapatkan Rupiah Dari Sampah

Sampah menjadi permasalahan yang selalu ditemui masyarakat di Indonesia, tak terkecuali di DIY. Berbagai uapaya telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat demi mencari jalan keluar dari permasalahan ini.

Di Kabupaten Bantul sendiri, sampah menjadi permasalahan yang sangat krusial. Hal ini dikarenakan berbagai alasan, diantaranya terkait volume sampah yang semakin meningkat namun tidak dibarengi dengan kapasitas tempat pengelolaan sampah yang mencukupi dan pertambahan jumlah penduduk.

Untuk meningkatkan daya inisiasi masyarakat pedesaan akan pentingnya pengelolaan sampah ini, Tim Klinik Konstruksi meluncur ke Desa Seloharjo, Kec. Pundong, Kab. Bantul pada Kamis (25/10). Bersama narasumber ahli dari INTAKINDO sebagai pendamping teknis, Ibu Warniningsih, ST., M.Kes. dan Bapak Arif Fajar Budi Saksono, ST., Tim memulai diskusi.

Mumpung ada narasumber yang ahli pada bidangnya, jadi masyarakat bisa mengeluarkan semua “uneg-uneg”nya.” Budi Prastowo, ST., selaku Kepala Seksi Pengembangan Jasa Konstruksi memancing diskusi dengan 30 peserta pendampingan yang terdiri dari masyarakat penggiat infrastruktur lingkungan permukiman Desa Seloharjo.

Pada dasarnya, Klinik Konstruksi merupakan salah satu pusat rujukan teknis yang mampu memberikan kemudahan akses untuk mendapatkan informasi, konsultasi dan advokasi teknis bidang ke-PU-an. Kegiatan ini difasilitasi oleh Balai Pengujian, Informasi Permukiman Dan Bangunan Dan Pengembangan Jasa Konstruksi (Balai PIPBPJK), Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral (Dinas PUP-ESDM) DIY dalam rangka penguatan kapasitas tata kelola permukiman di DIY.

Sebenarnya sudah ada beberapa program, baik dari masyarakat sendiri maupun dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan terkait sampah. Salah satunya yaitu pendirian Bank Sampah.Kegiatan Bank Sampah pertama didirikan pada Februari 2008 di Desa Badegan, daerah Bantul, Yogyakarta. Bank Sampah ini diklaim sebagai bank sampah pertama di dunia. Segera setelah itu jumlah bank sampah tumbuh dengan pesat.

“Bahkan di Bantul, seperti yang pernah dituliskan oleh tribun, terdapat progam yang mengharuskan ASN memiliki rekening Bank Sampah.” jelas Warniningsih ketika ditanya mengenai masalah sampah di Bantul. “Hal ini juga merupakan salah satu upaya pemerintah, melalui program yang dicetuskan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kab. Bantul demi mewujudkan visi misi “Bantul Bersih” 2019.” lanjutnya.

Selain berdiri dalam bentuk konvensional, Bank Sampah juga berdiri dalam wujud aplikasi berbasis web dan mobileyaituhttps://banksampah.id/. Masyarakat di Indonesia dapat mengakses dengan bebas aplikasi ini. Dibuatnya aplikasi ini bertujuan untuk mendukung kegiatan operasional Bank Sampah di seluruh Indonesia.

Saat ini sebanyak 1,230 Bank Sampah dari 32 Provinsi di seluruh Indonesia telah tergabung dalam aplikasi ini. Bank Sampah Kab. Bantul (https://banksampah.id/web/bsbantul) salah satu diantaranya. Sampai saat ini Bank Sampah Bantul memiliki 1.426 nasabah dan menerima 43 jumlah kategori sampah. Hal ini akan terus bertambah, tumbuh dan berkembang. Tidak ada yang akan bisa menghentikan pertumbuhannya.

Selain diskusi terkait masalah sampah, masyarakat juga diajak mencoba “mengutak-atik” RAB. Masih banyak masyarakat yang merasa enggan ketika diajak untuk berbicara terkait RAB karena identik dengan perhitungan rumit.

“Membuat RAB sebenarnya mudah,”jelas Arif. “namun masyarakat sudah terlanjut ‘takut’ ketika mendengar kata ‘RAB’ diucapkan.Padahal jika sudah “kenal” dan paham alur cara hitungannya, kita pasti akan kecanduan”. tutup Arif. (Dv)