Mengubah Pola Pikir Dan Perilaku Masyarakat Memang Bukan Perkara Yang Gampang...
Mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat untuk lebih mencintai lingkungan sekitarnya memang bukan perkara yang gampang. Meskipun berbagai kegiatan sosialisasi dan pendampingan telah dilakukan, namun permasalahan ini masih terus saja muncul di berbagai daerah.
Tim Klinik Konstruksi meluncur ke Desa Timbulharjo, Kec. Sewon, Kab. Bantul pada Jumat (02/11), bersama narasumber ahli dari INTAKINDO sebagai pendamping teknis, Ibu Warniningsih, ST., M.Kes. dan Bapak Diananto Prihandoko, ST., M.Si., serta Mitra Ahli Pemberdayaan Masyarakat Bapak Aryanto Nugroho, ST., SE. dan memulai diskusi terkait permasalahan ini.
Kegiatan sosialisasi memang biasanya hanya dilakukan sekali dan tidak dilanjutkan. Padahal untuk mengubah pola pikir masyarakat harus dilakukan sosialisasi secara terus menerus agar menjadi kebiasaan.
“Karena banyaknya permintaan dari masyarakat, untuk sementara kami hanya bisa memfasilitasi kegiatan ini sekali untuk setiap desa.” Budi menyampaikan di depan 30 peserta pendampingan yang terdiri dari perwakilan masyarakat penggiat infrastruktur lingkungan permukiman Desa Timbulharjo.
“Namun masyarakat tidak perlu khawatir, kami beserta para narasumber siap menampung keluhan masyarakat 24 jam dan sebisa mungkin memberikan jawaban secepatnya.”lanjut Budi.
Klinik Konstruksi didukung dengan aplikasi berbasis web http://www.klinikkonstruksi.jogjaprov.go.id yang dapat melayani semua pengujung secara online 24 jam. Berbagai pertanyaan yang masuk akan dijawab oleh tenaga yang ahli di bidangnya.
Selain dengan sosialisasi dan pendampingan, ada beberapa cara yang sebenarnya bisa dilakukan untuk mengubah pola pikir masyarakat. Salah satu diantaranya dengan memberi efek jera, yaitu punishment/hukuman bagi yang membuang sampah sembarangan. Namun hal ini harus dilaksanakan secara hati-hati dan bijaksana. Peraturan yang ada harus dituangkan dalam PerDes sehingga memiliki kekuatan hukum.
“Sebenarnya Bantul sudah memiliki banyak Bank Sampah. Masyarakat di Kabupaten ini sudah mulai mengelola sampah menggunakan prinsip 3R. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang bingung, mau diapakan produk hasil olahan ini?” terang Warniningsih. “Padahal jika kita mau berfikir kreatif, ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari berbagai produk hasil daur ulang ini”lanjutnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Dinanato dalam sesi diskusi ketika menjawab permasalahan terkait sulitnya pemasaran produk olahan 3R.
“Kita bisa membuat produk lain yang belum pernah dibuat kemudian memasarkannya di luar daerah. Kita juga bisa bekerja sama dengan Dinas Perdagangan setempat untuk memaksimalkan pemasaran.”terangnya.
“Jika produk yang kita hasilkan dirasa sudah cukup baik, rapi dan memiliki kualitas yang cukup tinggi, kita bisa ikut dalam berbagai kegiatan pameran yang difasilitasi perusahaan-perusahaan atau kelompok pemberdaya masyarakat sampai pemerintah, hingga bisa seperti di www.daughterofklaten.com, yang produknya bisa bernilai jual tinggi.”tambah Ari
Selain permasalahan terkait sampah rumah tangga, permasalahan terkait air bersih juga sempat menjadi topik hangat warga. Ketersediaan sumber air yang dirasa kurang, padahal dekat dengan Kali Code, bahkan sumur-sumur warga disekitar Kali ikut berkurang ketika debit air Kali Code menurun.
“Hal ini dikarenakan sumber air yang kecil dan sumur yang merupakan sumur dangkal., sehingga mempengaruhi ketersediaan air dalam sumur.” tutup Ari. (Dv)