post-image

Masyarakat Harus Ikut Serta Dalam Upaya Mitigasi Bencana

Yogyakarta (25/04), Bertempat di Balai Desa Wukirsari, Kec. Imogiri, Kab. Bantul, sebanyak 40 peserta yang terdiri dari perwakilan dukuh dan pelaksana kegiatan pembangunan di 16 dusun hadir pada acara Klinik Konstruksi kali ini.

Secara Administratif, Desa Wukirsari berbatasan dengan Kecamatan Pleret pada sisi utara, Desa Mangunan dan Desa Girirejo pada sisi selatan, Desa Trimulyo pada sisi barat, dan Kecamatan Dlingo pada sisi timur.

Desa ini memiliki luas sekitar 3, 04% dari seluruh luas Kabupaten Bantul, atau sekitar 15, 39 km2 . Karena karakteristik topografinya yang berbukit dan tingkat kemiringan yang didominasi oleh kelas kurang dari 2% sampai 45%, desa ini menjadi salah satu desa yang rawan bencana alam tanah longsor dan banjir.

Tim Klinik Konstruksi yang diberi kesempatan untuk berkunjung dan berdialog dengan 40 peserta perwakilan masyarakat tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Hingga lewat tengah hari, bersama narasumber dari INTAKINDO, Bapak Arif Fajar Budi Saksono, ST. dan Bapak Ari Agung Nugroho, ST., M.Sc., dan narasumber dari Balai PJK, Bapak Budi Prastowo, ST., tim melakukan pendampingan dan diskusi.

Sesuai permintaan dari masyarakat dan tingkat urgenitas permasalahan yang telah dinilai oleh tim survey Klinik Konstruksi, tema diskusi dan pendampingan kali ini yaitu terkait penyusunan RAB dan penataan kawasan permukiman sebagai mitigasi bencana banjir dan longsor.

“Maret yang lalu terjadi cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir dan longsor di beberapa wilayah di Kabupaten Bantul,” Asnan Hidayat selaku Kasie Kesejahteraan Desa Wukirsari membuka acara. “Desa Wukirsari menjadi salah satu daerah yang mengalami dampak cuaca ekstrem tersebut.” lanjutnya.

Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menjelaskan bahwa cuaca ekstrem tersebut merupakan akibat dari Topan Savannah.

“Dampak yang terjadi akibat hal ini akan semakin parah jika masyarakat tidak menyiapkan diri dan lingkungannya dengan baik dan benar.” Budi Prastowo, ST., selaku Kasie Pengelolaan Jasa Konstruksi menyampaikan.

Dinamika cuaca yang tidak menentu dan ditambah dengan penataan kawasan lingkungan permukiman yang tidak dirancang dengan baik sebagai lingkungan yang adaptif terhadap bencana dapat semakin memperburuk akibat yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem. Hal ini akan berdampak lebih buruk lagi jika masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengatisipasi dan menghadapi bencana.

“Sebelum masyarakat bisa menghadapi bencana, masyarakat harus siap terlebih dahulu untuk mengantisipasi adanya bencana. Yaitu dengan membangun infrastruktur lingkungan yang adaptif terhadap bencana.” Arif mengawali diskusi. “Membangun bukanlah hal yang mudah. Sebelum mulai membangun, kita harus terlebih dahulu hitung-menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB).” lanjutnya.

Menghitung RAB memang rumit namun asik dan menarik. Masyarakat dengan antusias meminta untuk dilakukan pendampingan lebih lanjut terkait perhitungan RAB.

“Silahkan menghubungi atau datang langsung ke Balai Pengembangan Jasa Konstruksi untuk meminta pendampingan lebih lanjut. Tim dengan semaksimal mungkin akan berusaha menjawab pertanyaan masyarakat dan memberikan alternatif solusi atas permasalahan yang ada.” tutup Budi. (dv)